BI Pangkas Suku Bunga Bank Acuan 0,5% – DW – 04.02.2009
  1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

BI Pangkas Suku Bunga Bank Acuan 0,5%

Ayu Purwaningsih4 Februari 2009

Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 50 basis poin / bps menjadi 8,25 persen. Kebijakan ini diikuti dengan kenaikan indeks harga saham gabungan. namun rupiah masih melemah.

https://p.dw.com/p/Gn5o
Foto: picture-alliance/ dpa

Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate sebesar 50 basis poin atau 0,5% menjadi 8,25%. Kebijakan pemangkasan suku bunga acuan ini diambil setelah mencermati dan mengevaluasi situasi ekonomi dan keuangan di dalam dan luar negeri. Perekonomian internasional terimbas krisis global, sementara di dalam negeri, pasar domestik semakin lesu. Misalnya terlihat dari semakin merosotnya penjualan mobil dan motor di dalam negeri. Pengamat perbankan INDEF, Iman Sugema menilai langkah pemerintah dalam memangkas suku bunga acuan ini akan dapat mendorong kembali pasar domestik yang kini mengalami tekanan. Meski sebenarnya kebijakan ini cukup terlambat dan seharusnya bisa dipangkas lebih rendah lagi.

„Suku bunga acuan dalam kondisi normal dipakai kalangan perbankan, pelaku pasar uang dan pasar modal untuk dijadikan rujukan menentukan suku bunga kredit, deposito , obligasi, pinjaman antar bank, dan sebagainya. Dengan penurunan suku bunga acuan ini diharapkan suku bunga pasar akan turun mengikuti turunnya suku bunga acuan sehingga akan memberi rangsangan sektor rill untuk begerak. Sebab bila suku bunga turun, maka beban rumah tangga, atas kredit konsumen seperti cicilan rumah, mobil dan berbagai kredit konsumen akan turun beban bunganya. Begitupun bagi dunia usaha, bila bunganya turun, maka beban perusahaan akan menurun. Maka bila beban rumah tangga dan beban perusahaan menurun, maka dalam kondisi normal akan meningkatkan daya beli rumah tangga dan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melakukan investasi. Sehingga sektor rill akan bergerak lebih kencang lagi.“

Pengumuman penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate sebesar 50 basis poin pada pembukaan pasar kemarin, mendorong terdongkraknya indeks harga saham gabungan IHSG. Dalam penutupan pasar kemarin IHSG terdongkrak 16,03 poin atau 1,23 persen menjadi 1320,36 poin. Kenaikan indeks saham dipimpin sektor konsumen dan infrastruktur. Diikuti sektor pertambangan dan perkebunan. Namun sentimen penurunan BI Rate sebesar 0,5% menjadi 8,25% belum mendorong rupiah ke zona penguatan. Pengumuman itu sempat mendorong penguatan nilai tukar rupiah 1 persen. . Akan tetapi pada sore harinya kemarin, rupiah kembali melorot. Namun menurut Iman Sugema dari INDEF, pergerakan rupiah sudah tidak hanya bergantung pada suku bunga acuan.

Suku bunga acuan ini sering dijadikan alasan oleh para spekulan untuk menyerang rupiah. Tapi harap diingat suku bunga Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Di Amerika Serikat sekarang sudah 0,5% hampir mendekati nol % suku bunganya, begitu pula di Eropa barat lainnya, jadi jaraknya terlalu jauh ya. Bila suku bunga diturunkan, mestinya tidak terlalu berdampak pada nilai tukar. Memang akan berdampak, karena tentu ada spekulasi, namun bisa dipadamkan dalam jangka pendek asal BI sigap dalam mengantisipasi spekulasi terhadap nilai tukar.”

Secara umum, meski pasar domestik begitu lesu, pemerintah mengaku berhasil menghadang krisis global di tanah air. Pengamat ekonomi INDEF Iman Sugema mengingatkan bahwa sebenarnya perekonomian Indonesia masih tanda tanya kestabilannya. Bila pemerintah kembali salah langkah bukan tidak mungkin Indonesia akan terjerembab ke jurang krisis perekonomian.

“Kalau terjadi kesalahan dalam pengambilan kebijakan seperti Oktober lalu menaikan suku bunga, dampaknya justru terjadi pasar menghukum, sehingga rupiah terjerembab, jadi saya harap pemerintah dan Bank Indonesia bisa lebih membaca situasi.”(ap)