Bank Sentral Eropa Turunkan Suku Bunga – DW – 05.12.2008
  1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bank Sentral Eropa Turunkan Suku Bunga

Sari Katiman5 Desember 2008

Bank Sentral Eropa lancarkan intervensi untuk dorong konjunktur di zone mata uang Euro, dengan cara menurunkan suku bunga acuan.

https://p.dw.com/p/GAEY
Bank Sentral Eropa tolak intervensi agresif gaya The Fed, dan turunkan suku bunga secara berhati-hati, untuk mendorong kembali konjunktur di Eropa.Foto: AP


Kebijakan Bank Sentral Eropa yang mulai melakukan intervensi bagi pemulihan konjungtur di kawasan mata uang Euro, dengan cara menurunkan suku bunga acuan disoroti dengan tajam sejumlah harian internasional.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich berkomentar:

Banyak yang berpendapat Bank Sentral Eropa bertindak terlalu lambat. Tetapi memang seharusnya Bank Sentral Eropa tidak perlu mendengar komentar dari luar. Pertama, karena Bank Sentral Eropa tahu bahwa dengan taktik politik suku bunga yang sangat agresif gaya Bank Sentral Amerika-The Fed, hanya dapat dicapai sukses terbatas dalam memerangi resesi. Kedua, karena Bank Sentral Eropa hendak menghindari keputusan politik dana murah seperti yang dilakukan AS untuk sektor perumahannya, karena dengan itu juga dimungkinkan perkembangan keliru yang sama di Eropa. Dan yang ketiga, Bank Sentral Eropa tidak tahu pasti seberapa besar dan sampai kapan resesi akan melanda zone mata uang Euro. Kemungkinan besar Bank Sentral Eropa belum mengeluarkan semua potensinya untuk pemotongan suku bunga.


Harian Belanda de Volkskrant yang terbit di Amsterdam berkomentar:

Jatuhnya kurs di bursa karena krisis kredit adalah pelajaran berat untuk para pembeli saham bermodal pas-pasan. Sayangnya, perusahaan-perusahaan juga belum menyadari, bahwa dari krisis ini mereka harus menarik kesimpulan yang jelas. Misalnya para pengusaha harus membuat rancangan yang mengutamakan investasi jangka panjang. Dengan itu dimungkinkan pemberian bagian keuntungan sebagai penghargaan atas loyalitas para investor yang setia. Negara dalam kerangka Eropa, harus terus berusaha menciptakan kerangka hukum yang mengatur operasi perusahaan. Dengan penyelarasan secara hati-hati semacam itu, harus dicegah intervensi yang salah arah.


Harian liberal Denmark Politiken yang terbit di Kopenhagen berkomentar:

Sejumlah Bank Sentral di Eropa hendak mendongkrak lagi ekonomi yang saat ini sedang merosot, dengan menurunkan suku bunga acuan. Tapi sejauh ini penurunan suku bunga tidak menimbulkan dampak ajaib. Penurunan suku bunga tersebut tidak mencapai sasaran di tempat yang memerlukannya. Bank-bank yang meminjam uang dari salah satu Bank Sentral, sering kali tidak meminjamkannya kembali bagi dunia usaha. Tetapi bank-bank itu sibuk menyelamatkan diri dari jurang keruntuhan, padahal sejumah bank sebetulnya sudah ambruk. Kepanikan diantara Bank-bank Sentral itu, menegaskan bahwa sekarang terdapat ancaman nyata deflasi di Eropa dan AS. Salah satu indikasinya, harga-harga turun tetapi tidak ada yang membelanjakan uangnya, karena nantinya uang akan bernilai semakin tinggi. Itulah yang membuat roda perekonomian berhenti dan membuat rakyat semakin miskin.


Terakhir Harian Perancis Dernières Nouvelles d'Alsace yang terbit di Strassburg berkomentar :

Kelihatannya Uni Eropa sekarang sudah terpecah menjadi dua kubu. Antara kelompok pendukung paket bantuan konjungtur seperti Inggris, Perancis, Itali dan Spanyol di satu pihak. Sementara di pihak lainnya kelompok penentang paket konjungtur dengan Jerman pada urutan paling atas. Jerman hanya mengijinkan bantuan konjungktur, sesuai rencana sektor ekonomi yang sudah diputuskan parlemen. Perpecahan antara Paris dan Berlin bermakna tidak baik. Rancangan paket konjungtur Perancis dinilai sebagai upaya untuk menekan kanselir Jerman Merkel, yang dikatakan terlalu ragu-ragu dalam krisis tersebut. Berlin dan Paris memerlukan kompromi, supaya poros Berlin- Paris yang sejak tahun 60-an merupakan motor penggerak Eropa, tidak terancam bahaya. Pada konferensi puncak Uni Eropa tanggal 11. dan 12. Desember di Brussel, hal itu hendaknya menjadi tema perdebatan yang bergairah.